Senin, 17 Desember 2012

Jadi Tukang Pangkas Dadakan



Jalanan pagi menuju kampus yang berada di depan rumah kos-kosan ku terlihat ramai sekali. Setiap mahasiswa yang lewat semua mengenakan baju hitam putih, karena hari ini ujian akhir semester. Ada yang terlihat santai dan ada pula dengan wajah cemas berjalan menuju kampus untuk mengikuti ujian hari ini. Sekali-sekali terdengar ucapan dari mulut mahasiswa itu “mudah-mudahan dosennya nggak galak saat mengawas ujian, amiin”. Aku tertawa kecil mendengar ucapan itu, teringat masa kuliah semester-semester dulu, (kebetulan mata kuliah aku udah habis, hehehe…).
Aku melihat suasana ini dengan segelas kopi panas dan sepotong roti tawar. Berfikir kalau aku masih seperti mereka yang harus mengikuti ujian dengan baju hitam putih dan rambut yang pendek. Huh, waktu memang tak terasa terus berjalan, padahal kalau diingat-ingat aku masuk kuliah baru sekitar satu tahun yang lalu, tapi kenyataannya waktu yang telah kulalui lebih kurang sudah tiga setengah tahun.
Kini jalanan di depan kos-kosan ku sudah terlihat sepi, karena sekarang sudah pukul 07.10, artinya ujian sudah di mulai. Meskipun masih ada yang jalan di depan kosan ku, itupun mahasiswa ugal-ugalan yang sering terlambat.
“Bang, bisa tolongin potong rambut ngaak bang?”, tiba-tiba seorang mahasiswa yang tak ku kenal minta tolong kepadaku dengan gunting di tangannya.
“Maaf, aku ngaak bisa motong rambut”, tolakku.
“Ngaak apa-apa bang, nanti mau diperbaiki juga kok”, paksanya kepadaku.
Dia terus memaksaku untuk menolong memotong rambutnya. Sekarang ia mengambil tanganku dan memberikan gunting yang ia pegang tadi ke tanganku. “Tolong ya bang”.
“Emang kenapa, kok motong rambutnya baru sekarang?” tanyaku ingin tahu.
“Kalau rambut panjang, nggak bisa ikut ujian bang”, jawabnya memelas.
“Ooow gitu, tapi bang nggak bisa motong rambut”, ungkapku sekali lagi meyakinkannya.
“Biar aja bang, yang penting udah dipotong”, ujar mahasiswa yang tak ku kenal itu.
“Ya udah, tapi bang ngaak tanggung jawab ya, kalau nanti rambutnya jelek”
“Ya bang”, jawabnya sedikit lega.
Akupun memotong rambutnya dengan cemas dan penuh keraguan. “Krreeeeg…kreeeeg”, aku pun memotong rambutnya. Hahaha, aku tertawa kecil melihat rambut mahasiswa tersebut sudah seperti rambut Dora The Explorer. Aku pun menyuruhnya untuk berkaca, dan ia pun juga ikut tertawa.
“Makasih ya bang”, ucapnya dengan wajah agak masam.
“Ya, ya” jawabku tertawa.
Ia pun langsung berlari menuju kampus dengan potongan rambut yang lucu itu. Hahaha, ada-ada saja. Ini pengalaman pertamaku jadi tukang pangkas dadakan.

Sabtu, 01 Desember 2012

Kau dan Aku


Ketika perasaan mendapat sebuah kepastian
Jawaban dari semua keraguan
Awan tak lagi mampu menghalangi mentari
Menyinari penghuni hati

Tersirat rona kebahagiaan
Yang seolah akan bergayut abadi
Hadir di setiap cerita cinta
Antara kau dan aku

Jika Ajal Datang Menjemput


Bagaimana jika saat ini secara tiba-tiba malaikat maut datang untuk mencabut nyawa kita. Apakah kita telah siap untuk menghadapai kematian tersebut…?
Ingat…!
Kita sebagai manusia pasti pernah melakukan perbuatan dosa, apakah itu dosa kecil ataupun dosa besar. Baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja.
Apakah ada penyesalan dari dalam diri kita atas dosa yang pernah kita lakukan…?
Seberapa seringkah kita memohon ampun kepada Allah SWT…?
Sudah cukupkah amal ibadah yang kita lakukan untuk menggiring kita ke tempat yang lebih baik…?
Begitu banyak pertanyaan yang harus kita jawab untuk menghadapi kematian tersebut. Karena kematian tak pernah pandang bulu, tidak pernah memandang usia, semua pasti akan mengalami kematian. Bisa saja detik ini, hari ini, atau mungkin besok dan hari-hari selanjutnya.
Oleh karena itu marilah kita membekali diri kita dengan amal ibadah yang sebanyak-banyaknya, agar kita siap menghadapi kematian tersebut dan menuju tempat yang lebih baik. Kita yang menentukan sendiri, apakah Syurga atau Neraka yang akan menjadi tempat kita nantinya.

Do'a Tukang Becak (Part I)


“Kak, bapak terlihat sangat sedih semenjak tahu kalau kita tidak lulus SNMPTN. Akhir-akhir ini bapak tidak seperti biasanya, bapak sudah jarang menarik becak. Bapak terlihat tidak bersemangat lagi kak.  Sekarang apa yang harus kita lakukan?”, ucap Boni sedih.
“Santai aja Bon, mungkin belum saatnya kita kuliah saat ini. Lagian bapak juga butuh istirahat, mungkin saja bapak kelelahan makanya tidak narik becak”, respon Roki lagi-lagi dengan gayanya yang dingin.
Boni berjalan meninggalkan kakaknya, kini ia menuju kamar bapaknya dengan maksud untuk mengajak beliau untuk berbicara. Ketika akan membuka pintu kamar, Boni mendengar suara tangisan yang berasal dari dalam kamar bapaknya tersebut. Diam-diam Boni menguping dari luar kamar tersebut. Dan terdengarlah rangkaian do’a,
“Ya Allah, apakah ini masih bagian dari cobaan hidup yang Engkau berikan kepada hamba Ya Allah....? Apakah hamba tidak layak untuk memiliki anak dengan pendidikan yang lebih baik dari hamba…? Hamba ingin mereka memiliki nasib yang lebih baik dari hamba yang hanya sebagai seorang tukang becak. Hamba tidak ingin mereka hidup susah seperti hamba Ya Allah. Tunjukkilah hamba Ya Allah, Berikanlah hidayah-Mu kepada hamba. Ya Allah Ya Rahman, jika memang belum saatnya keluarga hamba memiliki pendidikan yang tinggi. Jadikanlah anak-anak hamba sebagai anak yang shaleh, jangan Engkau biarkan mereka berada di jalan yang sesat Ya Allah”.
Boni pun meneteskan air mata mendengar do’a yang baru saja ia dengar dari mulut bapaknya. Sungguh ia tak ingin lagi membuat hati bapaknya menadi sedih. Segera ia masuk kamar dan mengunci diri di dalamnya. Ia merenungi nasib dirinya untuk masa yang akan datang.
“Apa yang harus ku lakukan agar aku bisa lebih baik dari ayah, agar aku bisa membahagiakan Ayah? Ibu, andai saja saat ini ibu hadir di tengah kegelisahan kami, tentu kami akan sangat terbantu. Kami semua merindukan Ibu”. Ungkap Boni sambil memandangi foto ibunya yang telah meninggal dunia akibat kecelakaan.
Kemudian Boni bangkit dan menyemangatinya sendiri, “aku pasti bisa lebih baik dari ayah…! Aku pasti bisa…!
            Sementara Roki, hanya duduk bermalas-malasan tanpa memikirkan apa yang akan terjadi pada dirinya untuk masa yang akan datang.
“Bon, waktu masih panjang, kenapa sekarang harus susah-susah memikirkan masa depan. Nikmati masa remaja ini, gunakan kebebasan ini untuk mencari kenikmatan”, tukas Roki.
Boni terlihat sedikit marah, “kak, kita yang akan menentukan masa depan kita sendiri. Jika itu mau kakak, silahkan saja ikuti kemauan kakak itu”.
“Hahaha, keadaan membuatmu semakin dewasa Bon”, ejek Roki.
“Terserah kak”, berontak Boni.

Bersambung…

Senin, 19 November 2012

Do'a Tukang Becak


Roki dan Boni merupakan dua bersaudara yang sama-sama mengikuti tes Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN) pada tahun ini. Roki merupakan kakak Boni, yang dulunya tinggal kelas sebanyak dua kali ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Sejak kelas 5 SD, Boni menyamai kelas kakaknya tersebut hingga tamat SMA meskipun sekolah di tempat yang berbeda.
Mereka telah selesai mengikuti tes tersebut dan hasilnya akan diumumkan sebulan setelah pelaksanaan. Dan merekapun menunggu hasilnya dengan perasaan was-was, karena sebelum mengikuti tes mereka sama sekali tidak mengikuti bimbingan belajar.
“kak, kira-kira hasil tes kemaren gimana ya kak?”, Tanya Boni
“gag usah terlalu difikirkan, kalau lulus Alhamdulillah, kalau tidak lulus juga tidak apa-apa. Yang penting kita sudah berusaha”, jawab Roki dengan santai.
“bukan itu yang aku fikirkan kak, bapak kan sudah capek-capek usahain supaya kita bisa kuliah”, tukas Boni sambil mengangkat kepalanya.
Roki tak membalas ucapan adiknya, ia hanya duduk terdiam. Di dalam hatinya ia sangat ingin kuliah, tapi ia sangat pesimis untuk lulus tes.
Kini saatnya pengumuman hasil tes tersebut. Roki dan Boni tak sabar ingin mengetahui apakah dia lulus atau tidak. Keduanya sudah siap duduk di depan komputer sebuah warnet yang tak jauh dari rumahnya. Sekarang jam 20.00 WIB, artinya hasil tes SNMPTN sudah bisa dilihat. Dengan sigap Roki membuka situs resmi SNMPTN dan mengetikkan  nomor peserta ujiannya. Seketika itu juga Roki terdiam melihat tulisan “Anda tidak diterima”. Kemudian Roki mengetikkan nomor peserta ujian Boni, dan ternyata mereka melihat tulisan yang sama “Anda tidak diterima”. Roki yang tadinya terdiam, menjadi tertawa terbahak-bahak.
“hahahaha, aku kira cuma aku yang tidak lulus, ternyata kamu juga tidak lulus Bon. Hahahaha,,,”, ungkap Roki dengan tawanya  yang keras.
Boni tidak berkata apa-apa, ia terfikir bapaknya yang telah bersusah payah menyekolahkannya. Tapi untuk saat ini ia tak mamapu mebahagiakan bapaknya karena tidak lulus tes SNMPTN. Boni sangat sedih, karena ia tahu pasti bapaknya akan sangat kecewa.
Tak lama sesudah itu, mereka meninggalkan warnet tersebut dan kembali ke rumah. “Roki, kamu lulus di jurusan apa?”, tanya Bapaknya ingin tahu.
“saya tidak lulus Pak”, jawab Roki pelan.
“kamu?”, tanyanya ke Boni berharap ia akan lulus.
“juga tidak lulus Pak”, jawab Boni menunduk.
“Apa-apaan kalian ini…! Bentak bapaknya marah.
“Maaf Pak,,,”, ucap mereka serentak.
Ayahnya hanya diam dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Samar-samar terdengar gerutu dari mulut ayahnya, “kenapa kedua anakku tidak lulus ujian SNMPTN Ya Tuhan, apa mereka juga harus jadi tukang becak sepertiku?”.

Bersambung....

Minggu, 18 November 2012

MAKAN SIANG DI HARI MINGGU


Beranekaragam jenis masakan yang bisa dijadikan pengganjal perut, agar terasa lebih nikmat dan mantap untuk disantap, khususnya di hari minggu. Pada umumnya banyak yang makan di luar, baik bersama keluarga, pasangan, maupun sendirian.
Untuk hari ini, makanan kita sangat luar biasa. Kita makan bukan untuk jasmani, tapi untuk rohani. Rohani juga butuh makan, agar mendapat ketenangan jiwa dan aktivitas selanjutnya dapat berjalan dengan lancar.
Jadi, mulai dari sekarang biasakan diri untuk memberi makan bagi rohani kita.
Bismillahirrahmanirrahiim…
Melalaikan suatu pekerjaan adalah suatu hal yang tidak baik, karena itu merupakan perbuatan syetan. Namun kita juga tidak boleh melakukan suatu hal dengan tergesa-gesa atau terburu-buru, karena itu juga tidak baik.
Dalam Islam ada beberapa hal yang harus disegerakan, diantaranya:
·         Mengubur jenazah
·         Mengawinkan anak perempuan
·         Membayar hutang
·         Menghidangkan makanan untuk musafir yang menjadi tamu di rumah kita
·         Taubat
Dari lima hal di atas, pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai taubat.
Taubat artinya kembali ke jalan Allah. Artinya kita harus meninggalkan segala larangan-Nya dan melakukan segala perintah-Nya. Ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk bertaubat, yaitu:
·         Menyesali terhadap dosa yang pernah dilakukan
·         Berniat tidak akan mengulangi
·         Meninggalkan perbuatan buruk yang pernah dilakukan selama-lamanya
·         Menunaikan semua fardhu dan kewajiban sebagai umat islam
·         Mengembalikan hak orang lain dan meminta maaf kepada orang yang pernah disakiti/tersakiti
·         Mendidik/melatih diri untuk taat kepada Allah SWT
·         Memperbanyak istighfar
Adapun ciri-ciri orang yang bertaubat adalah:
·         Mampu menjaga lidah
·         Tidak ada rasa dengki di hatinya
·         Tidak ada rasa memusuhi orang lain
·         Menjauhkan diri bergaul dari orang-orang jahat
·         Mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian
Seseorang belum bisa dikatakan bertaubat apabila:
·         Belum diiringi dengan kemauan yang kuat untuk mencari ilmu pengetahuan tentang agama
·         Belum diiringi dengan peningkatan amal ibadah
·         Belum diiringi sikap memaafkan kesalahan orang lain
·         Belum diiringi dengan menggunakan pakaian yang sopan dan wajar
·         Belum diiringi dengan pergaulan yang lebih baik
·         Belum diiringi dengan perubahan akhlak ke arah yang lebih baik
·         Belum diiringi dengan lebih banyak beribadah dari pada tidur
·         Belum diiringi sadaqah
Sering-seringlah untuk beristighfar kepada Allah SWT, karena itu lebih baik. Rasulullah SAW saja yang sudah dijamin Allah SWT bersih dari dosa masih saja beristighfar kepada Allah. Apalagi kita yang hidup bergelimang dosa.
Kemudahan yang akan kita terima dari Allah SWT, jika sering beristighfar:
·         Allah memberikan kemudahan dalam setiap kesulitan
·         Allah akan memberikan kegembiraan disetiap kesusahan
·         Allah akan memberikan rezeki dari jalan yang tidak mereka duga
Dengan bertaubat, maka kita akan mendapatkan kebahagian, baik dunia maupun akhirat. Ciri-ciri orang yang bahagia adalah sebagai berikut:
·         Selalu mengingat kesalahan yang pernah dilakukannya
·         Selalu melupakan kebaikan yang pernah dilakukan
·         Dalam urusan dunia, melihat ke bawah
·         Dalam urusan akhirat, melihat ke atas
Sedangkan cirri-ciri dari orang yang celaka adalah sebagai berikut:
·         Selalu melupakan kesalahan yang pernah dilakukannya
·         Selalu mengingat kebaikan yang pernah dilakukannya
·         Dalam urusan dunia, melihat ke atas
·         Dalam urusan akhirat, melihat ke bawah
Itulah makanan kita untuk siang ini, semoga rohani kita menjadi kenyang dan menjadi lebih gemuk.
Alhamdulillahirabbil’alamiin…


Minggu, 11 November 2012

Happy Anniversary


Berbicara lewat sebuah puisi, spesial dan istimewa untuk My Lovely (Mahmuda Taini)...
Happy anniversary sayaank (1st year)
I LOVE U SO MUCH...

Beberapa tahun yang lalu
Ku terjerat dalam sebuah cinta
Yang waktu itu belum sepenuhnya ku pahami
Ku seorang anak ingusan yang terlalu awam berbicara soal cinta
Hingga ku tak sadar perasaanku dipermainkan

Dalam waktu yang singkat
Semua harus berakhir
Perpisahanpun terjadi
Dan saat itu ku benar-benar terpuruk
Terjatuh sangat jauh

Hatiku tersayat luka
Perih,,,
Pedih,,,
Sedih,,,
Ku belum siap dengan semua ini
Ku tak sanggup menerima kenyataan ini
Harapku disetiap tangisan
Semoga dia masih untukku

Aaarrgghhhh,,,
Duniaku serasa hancur
Kehidupanku seolah berakhir
Kegelisahanku semakin hari kian memuncak
Namun ku sadar
Cinta itu tak pernah kembali untukku

Hari-hariku kini kulalui sendiri
Meski masih tercium aroma cinta dan luka lama
Ku coba tuk terus melempar senyum pada masa laluku
Ku belajar melupakan
Walaupun harus kehilangannya

Dari jauh tawanya tetap indah
Senyumnya tetap manis
Bersama penggantiku
Mungkin kebahagiaannya telah ia temukan

Sementara itu,
aku masih menutup pintu hati
menjauh dari cinta yang menyimpan duka mendalam
sampai tak lagi kurasakan perih yang tersisa
bersih tanpa bekas

Penantian panjang ku berakhir
Gelisahku lenyap sudah
Bersama tetesan hujan yang membasuh debu jalanan
Melangkah meninggalkan masa lalu yang begitu pahit
Dengan sebuah ruang di dalam hati

Wanita sederhana
Dengan kedewasaannya
Mampu mangisi hatiku yang kosong
Mengangkatku dari jurang yang begitu dalam
Membangkitkan semangatku yang telah memudar

Mencintaiku apa adanya
Dengan segala kekuranganku
Begitupun aku yang mencintainya
Apa adanya

Cintaku tumbuh semakin dewasa dengan segala kejujuran yang ia berikan
Cintaku semakin kokoh dengan kepercayaan yang ia berikan
Tak ada yang mampu menggoyahkan
Meskipun batu kecil yang menjadi sandungan

Kini
Setahun sudah ku hidup dengan rasa ini
Merasakan cinta yang sebenarnya
Mencintai wanita yang benar-benar mencintaiku
Dicintai wanita yang benar-benar kucintai

Ku ingin kau menjadi masa depanku
Yang senantiasa mendampingi hidupku
Disetiap suka dan duka

Jumat, 19 Oktober 2012

Hamka 75 F Kebanjiran

Weleh…weleh…
Hamka 75 F kebanjiran lagi (18 Oktober 2012),,,
“habis, hujannya deras banget cuy…!”, ungkap Randa salah seorang penghuni kos Buk Neng…
Meski ada banjir, tapi tidak terlihat wajah panik dan cemas dari seluruh penghuni kos-kosan (hahahaha), mereka malah asik berfoto ria… (Waduuuh,,, sempat-sempatnya foto bareng yach…)

Ini, wajah korban banjir yang kedinginan...
kasihaaaan ya...













Ternyata mereka cuma berpose gan. 
Gini nih keceriaan mereka saat banjir... (ada-ada saja...)









































Senin, 24 September 2012

Hangatnya Pelukan Ibu


Pinggangku  masih terasa pegal-pegal sehabis turun dari minibus setelah melewati perjalanan Padang-Bukittinggi. Meskipun jarak perjalanannya dekat, tapi capeknya bukan main gara-gara kejebak macet… Untuk sementara waktu, ku tinggalkan kampus tempat ku menuntut ilmu tuk melepaskan kerinduan dengan orangtuaku.
Hmmm, senangnya waktu nyampe di kampung tercinta, rasa rindu dengan orang tua semakin menjadi. Kini ku langkahkan kaki menuju istanaku, yang terfikirkan hanyalah orangtuaku. Kadang ku bergumam dalam hati, lagi-lagi yang kubicarakan adalah orangtuaku.
Sekarang ku berdiri di depan pintu dan langsung mengucapkan salam, dan dari dalam rumah terdengar suara yang amat merdu menjawab salamku,yang tak lain itu adalah suara ibuku. Beliau membukakan pintu untukku, beliau sangat kaget melihatku berdiri di hadapannya karena tidak memberitahu sebelumnya kalau aku akan pulang. Dari wajahnya tampak raut kegembiraan menyambut kedatangan anak sulungnya. Kedua tangannya memegang pipiku kemudian memelukku, akupun memeluk ibuku dengan penuh rasa bahagia.
Hilang sudah pegal yang bersarang di pinggangku tadi, tak ada lagi kata penat dan letih. Semua telah terobati dengan pelukan dari ibu. Hehheehe,,, pelukanmu menghangatkanku ibu, menentramkan bathinku…


By. Rahmat Ilham

Minggu, 23 September 2012

Jalan Masih Gelap


Apakah ku harus tetap mengejar cita saat saudaraku terus mengiringi dengan langkah tertatih
Mengawali hari berbekal api yang kian membara
Untuk menatap panorama nan jauh di balik perbukitan
Menuju senyuman yang belum pernah terlempar
Apakah semangat juang ini kan terus begejolak saat ku tahu dedaunan tak lagi kokoh di dahan
Kencangnya hembusan angin membuatku terjatuh dan terjatuh
Merangkak tuk bisa berlari
Tapi itu semua mustahil untuk terjadi
Lambaian tangan itu sebagai tanda perjalanannya harus dihentikan
Sejuta tanya memenuhi dada yang hampir remuk
Menambah beban tersendiri dalam setiap langkahku
Apakah tawa ini selalu terdengar saat sungai diam membisu menyimpan tangisan
Tak terdengar lagi hiruk pikuk yang dulu memekakkan telinga
Mungkinkah api itu telah padam atau mungkin masih tersisa hingga bisa kembali membara
Sementara waktu ku menahan hati untuk tidak melihat ke belakang
Mencari jalan yang masih tersembunyi di balik gelapnya rimba yang terus ku telusuri

                                                                                                   By.Rahmat Ilham

Minggu, 16 September 2012

Suara Pribumi


Tergolek tak berdaya
menanti setetes air
terkulai lemah
menanti sebutir nasi
berharap dan terus berharap dengan penuh harap
perhatikan kami tuan...!!!

By.Rahmat Ilham

Skripsi

Semester 1 udah tuntas,,,
Semester 2 udah selesai,,,
Semester 3 udah lewat,,,
Semester 4 udah kelar,,,
Semester 5 udah siap,,,
Semester 6 udah abis,,,

Sekerang gw udah di semester 7, saatnya bikin planning untuk menulis skripsi...!!!
Udah tiga minggu mikirin judul buat skripsi,,, tapi gag ada yang pas judulnya. Susah banget untuk dapat inspirasi... :(
Giliran gw dapet judul yang cocok, eh taunya udah ada senior yang nulis skripsi kayak begituan,, cari lagi deh...
Waduuuuh, bisa kocar kacir kalau begini caranya...
Untung gw punya keinginan untuk konsultasi ama dosen pembimbing,,, dan beliau ngasih tau kalau gw bukannya cari judul dulu, tapi cari permasalahan yang akan dikajiterlebih dahulu...
Hooooohhooo,,
Gw baru sadar kalau gw terjebak dalam pencarian judul, ternyata gw salah jalur,,, hahhaha....
Baik banget dah pokonya dosen pembimbing gw,,, hhehehhe,,, makasih bu...

Sabtu, 14 Juli 2012

Sisi Gelapku

Kelam,,,
Sungguh kelam
Pandangan hanya diam
Tak mengajari tuannya
memahami akan kehidupan...

Di atas kepalsuan dunia
Bahagia dengan kehinaan
Terpuruk dalam kegelapan
Jauh lebih dalam...

Pahit,,,
Sungguh pahit
Deretan dosa menghantui
Mengikuti hentak kaki
Di setiap hela nafas ini...

Melangkah cemas
Suara bathin berkecamuk
ketika,,,
dosa itu datang
terus menghantui
menyapa tuannya...


By.Rahmat Ilham

Rabu, 11 Juli 2012

Cintaku Karena-Mu

Tuhan,,,
Jika cintaku Engkau ciptakan untuk dia,,,
Tabahkan hatinya,,,
Teguhkan imannya,,,
Sucikan cintanya,,,
Lembutkan rindunya,,,

Tuhan,,,
Jika hatiku Engkau ciptakan untuk dia,,,
Penuhi hatinya dengan kasih-Mu,,,
Terangi langkahnya dengan cahaya-Mu,,,
Bisikan kedamaian dalam kegalauan,,,
Temani dia dalam kesepian,,,

Tuhan,,,
Ku titipkan cintaku kepada-Mu untuknya,,,
Resapkan rrinduku pada rindunya,,,
Mekarkan cintaku bersama cintanya,,,
Satukan hidupku dan hidupnya,,,
Sungguh ku mencintainya karena-Mu...


By. MahmudaTaini

Senin, 09 Juli 2012

Pengakuan yang Terlambat


Sekarang pukul 09.40, jam perkuliahan pun berakhir. Aku berjalan meninggalkan ruangan kelas dan bergegas menemui Putri. Putri adalah teman dekatku sejak aku menginjak bangku kuliah. Tapi, diam-diam aku jatuh cinta kepada Putri, karena orangnya cantik, asik, perhatian dan baik hati.
“Bagaimana kuliahmu hari ini Put…?”, tanyaku dengan tawa kecil.
“Arrrghh, membosankan. Sangaaaat membosankan”, jawabnya dengan sedikit emosi.
Akupun tertawa dan kembali bertanya, “memangnya kenapa?”
“Dasar dosen sialan, minggu kemaren katanya kita nggak ada tugas, eh taunya tadi anak-anak pada ngumpulin tugas semua. Ibu kan udah ngasih tau sama ketua kelas kalian tiga hari yang lalu…”, ungkap Putri sambil menirukan gaya dosennya.
“Hehehe, itu biasa Put. Kita pergi makan yuk, pasti kamu belum sarapan kan?”, tanyaku seraya membujuk Putri.
“Hmmm, yuk”, sahut Putri.
Aku dan Putri pergi ke tempat kami biasa makan, yang tak jauh dari gedung perkuliahanku. Saat makan, ku selalu melihat kearah Putri. Parasnya nan elok membuatku tak pernah bosan memandangnya. Sekali-sekali tatapanku beradu dengan tatapan matanya. Akupun hanya bisa tersenyum, begitu juga dengan Putri yang selalu membalas senyumku. Dalam hati ku bergumam “ Putri, kau tampak sangat cantik. Meski suasana hatimu sedang kacau, tapi tetap saja wajahmu memancarkan sinar yang istimewa di hatiku. Putri, kenapa selama ini aku harus menyembunyikan perasaannku. Kenapa selama ini aku harus mengatasnamakan diriku sebagai orang lain. Kenapa selama ini aku membohongi perasaanku sendiri. Sampai kapankah ku harus seperti ini.  Ku mencintaimu Putri, tapi ku tak mampu untuk mengungkapkannya, karena ku tak ingin persahabatan kita selama ini menjadi rusak. Andai aku pria lain, mungkin aku akan lebih leluasa menyampaikan perasaanku ini”.
“Ron…Roni…”, pangil Putri sambil melambaikan tangannya di depan wajahku.
“Ehmm, iya Put, ada apa?”, jawabku sedikit kaget.
“Kamu kenapa, kok melamun?”, tanyanya ingin tahu.
“Nggak Put, lagi ingat sesuatu, hehhehhe”, elakku.
Kami kembali melanjutkan memakan makanan yang berada di hadapan masing-masing. Setelah selesai makan, kami melanjutkan cerita tentang sesorang pria yang pernah aku ceritakan sebelum-sebelumnya.
“Put, pria yang kemaren aku ceritain udah ngajak kamu ketemuan”, tanyaku pura-pura tidak tahu.
“Belum Ron, padahal aku ingiiiin sekali ketemu sama dia, seandainya aku bisa berada disampingnya setiap saat, mungkin aku adalah wanita yang paling beruntung di jagad raya ini”, jawabnya penuh harap.
Mendengar jawaban Putri, perasaanku sangat senang. Namun perasaan ini juga diiringi rasa sedih. Bagaimana tidak, pria yang selama ini aku ceritakan kepada Putri adalah diriku sendiri. Tapi aku tak berani muncul dihadapannya sebagai pria tersebut. Aku selalu tampil menjadi diri orang lain. Padahal banyak kesempatan untuk menyatakan cintaku padanya, tapi aku tak ingin jika nanti ia harus kecewa dengan apa yang kurasakan saat ini.
“Hmmm, semoga saja ia akan menemuimu secepatnya ya Put” jawabku menguatkan Putri.
“Aku harap juga begitu”, sahutnya sambil menghela nafas panjang.
“Haduuhh,,,”, tiba-tiba Putri kaget saat melihat jam tangannya.
“Kenapa Put”, tanyaku ingin tahu.
“Aku harus pulang Ron, tadi ada janji dengan mama mau ke pasar membeli tas”, jawabnya gelisah.
“Kalau begitu, biar aku yang ngantarin kamu pulang ya”, pintaku sambil mengambil uang dari dompet.
“Iya Ron, nggak apa-apa”, jawab Putri.

***

“Ron, makasih dah ngantarin aku pulang”, kata Putri.
“Ya Put, sama-sama”, balasku.
“Oh ya, besok kita ketemuan lagi ya di tempat biasa”, pinta Putri.
“Okey Put”, jawabku dengan santai.

***

Kini ku berbaring menghadap langit-langit kamarku. Yang ada di dalam benakku hanyalah Putri, Putri, dan Putri. Ku menyesali sikap ku selama ini terhadap Putri, kenapa aku tidak berterus terang saja, bahwa Pria yang aku ceritakan selama ini tak lain adalah aku sendiri. Tapi kucoba untuk menenangkan diri ini, “Ahhh, pasti suatu saat nanti ku bisa mengungkapkannya, dan ia akan tahu siapa pria itu sebenarnya. Biarkan cinta ini mekar pada waktunya”, ungkapku menyudahi penyesalan itu.

***

Sinar matahari mulai masuk dari balik jendela kamarku. Badan mulai terasa gerah berada di bawah selimut yang tebal. Kusingkapkan selimut yang menyelimuti tubuhku dan bergegas ke kamar mandi untuk bersiap-siap menuju kampus.
Hari ini sebenarnya aku tidak ada kelas, tapi karena ada janji dengan Putri, aku harus bangun pagi, meski sedikit kesiangan. Cinta yang bersemai dalam hatiku, membuatku harus rela melakukan apa saja yang bisa membuat hati Putri bahagia. Entah kenapa, mungkin karena perasaan ini juga, setiap melakukan suatu hal yang berkaitan dengan Putri, pasti aku melakukannya dengan ikhlas.
Kuhidupkan motor bututku, dan kutunggu beberapa menit supaya mesinnya panas. “And now, time to go to campus, iiiiiihhaaa”, ungkapku senangnya bukan main.

***

Dua jam sudah aku menunggu Putri, namun ia belum juga datang. Aku kirim pesan tak ada balasannya, aku telfon, nggak ada yang mengangkat. Awalnya aku tetap berfikiran bahwa Putri akan datang, karena selama ini Putri tidak pernah ingkar janji setiap kali membuat janji denganku. Tapi, akhirnya aku berfikir lain, mungkin ada suatu hal yang terjadi pada Putri sehingga ia tidak kunjung datang.
Kuberanikan diri untuk datang langsung ke rumah Putri agar tahu bagaimana keadaan Putri yang sebenarnya. Sesampai di rumah Putri, ku ketuk pintunya sembari memanggil Putri, namun tak seorangpun yang membalas panggilanku. Perasaanku mulai tak enak, aku berfikiran ada  hal buruk yang menimpa diri Putri.
Benar saja apa yang aku fikirkan, tiba-tiba salah seorang tetangga Putri memanggilku dan memberitahu kalau Putri kecelakaan ditabrak mobil. Sontak aku terkejut dan langsung bertanya, “Ia dirawat di Rumah Sakit mana bu?”
“Kalau tidak salah, tadi keluarganya bilang dibawa ke Rumah Sakit yang di depan ini dek”, jawab ibu itu.
Tanpa pikir panjang, aku langsung pergi ke rumah sakit itu dan menanyakan ruangan tempat Putri di rawat kepada suster yang sedang piket. Setelah tahu Putri dirawat di ruang UGD, aku berlari menuju ruangan itu dan mencoba untuk masuk. Namun aku tidak diizinkan untuk masuk dan terpaksa menunggu di ruang tunggu.
Ternyata di ruang tunggu juga ada orang tua Putri, aku kemudian bersalaman dan menanyakan keadaan Putri.
“Bagaimana keadaan Putri Om?” tanyaku ingin tahu.
“Sekarang Putri masih dalam penanganan dokter, tulang punggung dan tulang paha bagian kirinya patah, di bagian kepala mengeluarkan darah”, jawab papa Putri terisak menahan tangis.
Akupun tak kuasa menahan air mata, mendengar penjelasan dari papanya Putri. Di dalam hati aku berdo’a “Ya Allah, selamatkanlah Putri dari semua ini, berikanlah kekuatan kepada Putri dan keluarganya melalui musibah ini”.
Selang beberapa menit, keluarlah dokter dari ruangan UGD tersebut, dan memanggil orang tua Putri. Dari kejauhan aku melihat mereka sedang berbicara dengan sangat serius. Perasaanku mulai tak tenang dengan keadaan Putri, aku mulai memikirkan hal terburuk yang akan terjadi pada Putri, dan air mata ku pun mengalir semakin deras.
Rasa ingin tahu yang besar, mendorongku untuk bertanya lagi kepada orangtua putri. “Sekarang bagaimana keadaannya Om”, tanyaku.
“Sebentar lagi akan dilakukan operasi”, jawab papa Putri singkat.
Aku terdiam dan hanya berharap semoga itu adalah jalan terbaik bagi Putri dan ia bisa kembali seperti dulu lagi.

***

Kini Putri dipindahkan ke ruang operasi. Jantungku berdegup sangat cepat, tak henti-hentinya ku mengirimkan do’a untuk orang yang kucintai itu. Aku sungguh tak mau kehilangan Putri, karena dia sangat berarti bagiku. Pintu ruang operasi ditutup sangat rapat dan tak boleh seorangpun yang masuk kedalamnya. Keadaan ini membuatku semakin mencemaskan keadaan Putri.

***

Dua jam berselang, operasi pun selesai. Terlihat seorang dokter keluar dari ruang operasi dan orang tua Putri langsung menanyakan keadaan anaknya.
“Bagaimana keadaan anak saya Dok?”, tanya beliau.
“Alhamdulillah, operasi berjalan dengan lancar dan sekarang kondisi putri bapak sudah mulai membaik”, jawab dokter itu dengan ekspresi bahagia.
“Alhamdulillah”, ucapku serentak dengan orangtua Putri.
Kami kemudian diizinkan untuk melihat Putri ke dalam ruang operasi tersebut. Kuhanya bisa melihat Putri terbaring lemas, dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Waktu itu, putri belum boleh banyak bicara, tapi aku mencoba memberi Putri  semangat untuk bisa sabar melalui semua ini.
“Put, kamu yang tabah ya, dan kamu harus yakin kalau kamu akan sembuh seperti dulu lagi”, ungkapku menguatkan Putri. Putri hanya membalas perkataanku dengan senyuman kecil dari bibir mungilnya.
“Ron, terima kasih selama ini kamu telah menjadi teman dekat Putri, bahkan om sendiri telah menganggap kamu sebagai anak om sendiri”, ucap papa Putri sambil merangkulku. Aku sangat terkejut mendengar perkataan itu, dan hanya bisa berkata, “Iya om”. Sementara mama Putri terus menggenggam tangan anaknya tersebut.
Keadaan Putri sudah lebih baik dari sebelumnya, aku bermaksud hendak pulang mengganti pakaian. Aku minta izin kepada kedua orangtua Putri, dan tak lupa kepada Putri sendiri. Seperti tadi, Putri tetap membalas setiap perkataanku dengan senyumnya yang tulus.
Aku melangkah meninggalkan ruangan itu dengan berat hati. Karena, meskipun keadaan Putri sekarang sudah lebih baik, tapi tetap saja aku tak bisa tenang dengan keadaan ini. Benar saja apa firasatku, baru saja ku berjalan meniggalkan ruangan itu aku, terdengar suara Om Hendri papanya Putri memanggilku.
“Ron…!”, panggilnya dengan suara lantang.
Aku segera berbalik dan menyahut, “ya om, ada apa?
“Jangan pulang dulu Ron, Putri memanggil-manggil nama kamu Ron”, ungkapnya sedih.
Mendengar itu, aku langsung berlari ke ruangan Putri tadi, dan melihat Putri menangis. Meskipun tidak boleh terlalu banyak bergerak, namun ia mencoba untuk menggapai tanganku dan menyuruhku untuk sedikit membungkuk. Didekatkannya kepalaku ke mulutnya dan pada saat itu dia bisikan sebuah kalimat singkat.
“Jangan tinggalkan aku ron, aku butuh kamu”, ungkapnya lemas.
Aku tersentak dan air mata keluar dengan deras. “Aku akan selalu ada bersamamu Put, kamu jangan khawatir,”ungkapku menghapus kesedihan Putri.
Kemudian yang membuatku lebih kaget lagi saat Putri menanyakan perasaaanku, “Apa yang kamu rasakan saat menjalani hari-hari bersamaku Ron”.
“Aku se..senang Put, aku bahagia bisa kenal denganmu. Hari-hari ku, semua ku lalui dengan penuh warna,” jawabku sedikit terbata.
“Kamu kenapa bertanya begitu Put”, aku berbalik bertanya.
“Nggak Ron, aku cuma ingin tahu aja, aku tidak ingin keberadaanku mebuat orang lain menjadi resah, terganggu dan aku tidak ingin menjadi beban bagi orang lain”, ungkapnya dengan tangisan.
“Put, aku tidak pernah berfikiran selama ini kalau kamu itu membuat aku resah, membuatku terganggu, apalagi beban dalam hidupku. Aku tidak pernah berfikir seperti itu Put, karena….”, jawabku.
Putri pun langsung menyela pembicaraanku yang belum aku selesaikan. “Karena apa Ron”, tanyanya,
Orang tua Putri mulai melihat kepadaku dan berharap aku bisa berkat sejujurnya tentang pa yang aku rasakan. Aku bingung harus berbicara apa, karena ku takut Putri kecewa dengan apa yang akan aku ungkapkan. Tapi, untuk saat ini aku tidak mau lagi bohong dengan perasaanku. Kembali ku dekati telinga Putri, dan pada saat itu aku bisikkan bahwa aku selama ini mencintai Putri.
“Put, sebenarnya selama ini aku sangat mencintaimu. Laki-laki yang selama ini aku ceritakan kepadamu tak lain adalah aku sendiri. Aku tak mampu untuk jujur kepadamu selama ini, karena ku tak ingin kamu kecewa dengan perasaanku ini”, ungkapku sambil mengenggam tangannya.
Putri menatapku sangat lama  sekali, di dalam hati aku berfikir bahwa Putri sangat marah kepadaku. Aku tak berani melihat tatapan Putri karena aku merasa bersalah dengan perasaan yang kumiliki. Kemudian Putri melihat ke arah orang tuanya, dan salah satu dari mereka yaitu mama Putri mulai mendekatiku. Hatiku semakin berkat lain, apakah semua orang yang berada di sini mulai tidak menginginkan keberaaanku.
“Ron, selama ini Putri sering bercerita dengan tante, bahwa ia juga mencintaimu Ron, ungkap mama Putri sembari meraih tanganku.
Sungguh terkejut aku sat itu, kaki ku gemetaran dan tak kuasa ku menahan tangis. “Sungguh tante, apakah tante tidak main-main?, tanyaku meyakinkan tante Sil, mama Putri.
“Tante tidak bercanda Ron, coba saja kamu tanyakan sama Putri”, sahutnya melihat ke arah Putri.
“Apa benar yang  diucapkan mama kamu Put?”, tanyaku ingin tahu.
Putri pun hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaanku. Melihat anggukan itu, aku sangat bahagia, hatiku berbunga-bunga. Ternyata apa yang kurasakan selama ini, juga dirasakan oleh Putri. Ternyata ketakutanku selama ini, hanyalah fatmorgana dalam hidupku. Aku tak mampu mengungapkan bagaimana perasaan bahagia yang kumiliki saat itu, karena secara langsung kedua orang tua Putri merestui hubungan kami.
Namun tiba-tiba, kebahagiaan itu kembali memudar saat Putri merintih kesakitan. Ia memegang kepalanya yang sedang dibalut dengan perban.
“Kamu kenapa Put”, tanyaku dengan cemas.
“Kepalaku serasa mau pecah Ron, kepala bagian belakangku sakit”, ungkapnya menahan rasa sakit.
Spontan, papa Putri langsung memanggil dokter. Di saat itu, putri mengenggam tanganku dan kembali berbisik di telingaku, “Aku sangat mencintaimu Ron, namamu akan slalu hadir dalam hatiku, menemani setiap perjalanan hidupku”.
Aku membalas bisikan itu, “Aku juga mencintaimu Put, lebih dari yang kamu tahu. Mungkin slama ini kamu tidak mengetahui, tapi kini cintaku telah bersamamu”.
Putri pun tersenyum mendengar perkataan itu. Aku juga tersenyum melihat senyum putri, seakan Putri aka sehat seperti sedia kala.
Tiba-tiba, suasana kembali diselimuti kecemasan. Saat putri  menangis menahan sakit di kepalanya. Papa putri pun belum jua kembali memanggil dokter yang bersangkutan. Alhasil, Putri tak lagi bersuara, tangisnya terhenti, dan kini ia terkulai lemah tak bernyawa di sampingku. Putri kembali menghadap Yang Kuasa, dan meninggalkanku untuk selamanya.
“Putriiiiiiiiiiiiiiiiii…!!!”, teriakku ku tak terima dengan kepergian Putri.
Begitu juga dengan mama Putri, beliau sangat histeris dan sangat tidak bisa menerima hal ini terjadi pada anaknya. Selang beberapa menit, papa putrid datang dengan seorang dokter. Melihat kami sedang menangis, papa Putri langsung menghampiri tante Sil, “Kenapa ma”, tanyanya. “Putri pa, Putri telah meninggalkan kita semua”, ungkpanya dengan penuh kesedihan. Om Hendri pun mengamuk melihat keadaan ini. Beliau memaki-maki dokter yang susah untuk ditemui.
“Sudah pa, ini semua sudah terjadi”, ucap tante Sil menenangkan Om Hendri.
Om Hendri menghampiri Putri dan mengusap wajah anaknya nan cantik. “Putri, kenapa kamu tinggalkan papa sama mama nak?”, tanya Om Hendri seakan pertanyaannya akan mendapat jawaban.

***

Proses pemakaman Putri berlangsung dengan suasana penuh haru. Orang-orang yang selama ini bersama Putri sangat merasa kehilangan, termasuk aku yang merasa kehilangan hal terindah yang pernah singgah dalam hidupku. Tak seorangpu yang tidak mengeluarkan air mata, begitu pahit melepas kepergian Putri untuk selamanya. “Selamat jalan Putri, semoga jalanmu terang di alam sana”.

***

Kini kulalui hari-hariku tanpa Putri. Sedih memang kehilangan orang yang dicintai, tapi mau bagaimana lagi, ini sudah takdir dari Tuhan, mempertemukan cintaku dengan Putri, saat ia harus kembali kepada-Nya. Dalam diam ku berkata, ”Memilikimu beberapa saat kebahagiaan tersendiri bagiku, meskipun ku tak mampu merajut kebahagiaan bersamamu dalam ikatan cinta. Kamu adalah hal terindah dalam hidupku, yang tak kan pernah kulupakan. Aku bersyukur bisa memilikimu, dalam perintihan terakhirmu kau bisikan kata indah di telingaku bahwa namaku akan slalu ada di hatimu menemani setiap perjalanan hidupmu”.
***
By.Rahmat Ilham