“Kak,
bapak terlihat sangat sedih semenjak tahu kalau kita tidak lulus SNMPTN. Akhir-akhir
ini bapak tidak seperti biasanya, bapak sudah jarang menarik becak. Bapak
terlihat tidak bersemangat lagi kak.
Sekarang apa yang harus kita lakukan?”, ucap Boni sedih.
“Santai
aja Bon, mungkin belum saatnya kita kuliah saat ini. Lagian bapak juga butuh
istirahat, mungkin saja bapak kelelahan makanya tidak narik becak”, respon Roki
lagi-lagi dengan gayanya yang dingin.
Boni
berjalan meninggalkan kakaknya, kini ia menuju kamar bapaknya dengan maksud
untuk mengajak beliau untuk berbicara. Ketika akan membuka pintu kamar, Boni
mendengar suara tangisan yang berasal dari dalam kamar bapaknya tersebut.
Diam-diam Boni menguping dari luar kamar tersebut. Dan terdengarlah rangkaian
do’a,
“Ya Allah, apakah ini
masih bagian dari cobaan hidup yang Engkau berikan kepada hamba Ya Allah....?
Apakah hamba tidak layak untuk memiliki anak dengan pendidikan yang lebih baik
dari hamba…? Hamba ingin mereka memiliki nasib yang lebih baik dari hamba yang
hanya sebagai seorang tukang becak. Hamba tidak ingin mereka hidup susah
seperti hamba Ya Allah. Tunjukkilah hamba Ya Allah, Berikanlah hidayah-Mu
kepada hamba. Ya Allah Ya Rahman, jika memang belum saatnya keluarga hamba
memiliki pendidikan yang tinggi. Jadikanlah anak-anak hamba sebagai anak yang
shaleh, jangan Engkau biarkan mereka berada di jalan yang sesat Ya Allah”.
Boni
pun meneteskan air mata mendengar do’a yang baru saja ia dengar dari mulut
bapaknya. Sungguh ia tak ingin lagi membuat hati bapaknya menadi sedih. Segera
ia masuk kamar dan mengunci diri di dalamnya. Ia merenungi nasib dirinya untuk
masa yang akan datang.
“Apa
yang harus ku lakukan agar aku bisa lebih baik dari ayah, agar aku bisa
membahagiakan Ayah? Ibu, andai saja saat ini ibu hadir di tengah kegelisahan
kami, tentu kami akan sangat terbantu. Kami semua merindukan Ibu”. Ungkap Boni
sambil memandangi foto ibunya yang telah meninggal dunia akibat kecelakaan.
Kemudian
Boni bangkit dan menyemangatinya sendiri, “aku pasti bisa lebih baik dari
ayah…! Aku pasti bisa…!
Sementara Roki, hanya duduk
bermalas-malasan tanpa memikirkan apa yang akan terjadi pada dirinya untuk masa
yang akan datang.
“Bon,
waktu masih panjang, kenapa sekarang harus susah-susah memikirkan masa depan. Nikmati
masa remaja ini, gunakan kebebasan ini untuk mencari kenikmatan”, tukas Roki.
Boni
terlihat sedikit marah, “kak, kita yang akan menentukan masa depan kita
sendiri. Jika itu mau kakak, silahkan saja ikuti kemauan kakak itu”.
“Hahaha,
keadaan membuatmu semakin dewasa Bon”, ejek Roki.
“Terserah
kak”, berontak Boni.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar